Sabtu, 23 Juli 2011

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGUE HEMORHAGIC FEVER (DHF)

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGUE HEMORHAGIC FEVER (DHF)


1. DEFINISI
Dengue Hemorhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dengan gejala demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan syock, nyeri otot dan sendi dan kematian (Cristianti,1995). Penyakit ini ditularkan lewat nyamuk Aides aegepty yang menbawa virus dengue (antropad bone virus) atau disebut arbo virus.


2. PEMBAGIAN DHF
WHO (1975) membagi DBD menjadi 4 :
1) Derajat 1:
Derajat satu bisanya ditandai dengan demam mendadak 2-7 hari disertai dengan gejala tidak khas dan manifestasi perdarahan yang dapat diuji tourniquet positif.

2) Derajat 2
Derajat 1 disertai dengan perdarahan spontan dikulit dan atau perdarahan lain.

3) Derajat 3
Derajat 2 ditambah dengan kegagalan sirkulasi ringan, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( < 20 mmHg), hipotensi (systole < 80 mmHg) disertai kulit yang dingin,lembab dan penderita menjadi gelisah.

4) Derajat 4
Derajat 3 ditambah syok berat dengan nadi yang takteraba dan tekanan darah yang tak dapat diukur, dapat disertai dengan penurunan kesadaran, sianotik dan asidosis.
Derajat 1 dan 2 disebut DHF tanpa renjatan,sedang 3 dan 4 disebut DHF dengan renjatan atau DSS.

3. PATOFISIOLOGI
Yang menentukan berat penyakit adalah :
o Meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah
o Menurunnya volume plasma darah
o Adanya hipotensi
o Trombositopeni
o Diatesis hemoraghik.
Pada penderita DHF terdapat kerusakan sistem vaskuler dengan adanya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah terhadap protein plasma dan efusi pada ruang serosa dibawah peritoneal, pericardial dan pleural. Pada kasus berat, pengurangan plasma sampai 30 % lebih. Menghilangnya plasma melalui endotel ditandai oleh peningtkatan nilai hematokret yang dapat menyebabkan keadaan hipovolemi dan syok sehingga dapat menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolic dan bahkan sampai terjadi kematian.
Sebab lain perdarahan adalah trombositopeni serta faktor kapiler. Pada fagosit  didapatkan fagositosis dan proliferasi sistem retikulo endothelial yang menyebabkan penghancuran terhadap trombosit yang telah mengalami metamorfosis seluler sehingga tampak adanya trombositopeni. 

Patofisiologi
Virus dengue

Proliferasi dan transformasilimfosit imun dalam tubuh 

Replikasi virus dalam limfosit

Aktifasi sistem komplemen


Sel fagosit mononukleus Makrofag, histiosit, sel Cutfer tempat tjd infeksi virus Non neutralizing antibody virus dengue melekat pd sel fagosit mono nuklues virus bereplikasi dalam se fagosit mono nucleus

aktifasi Fakt.XII

fungsi agregasi trombosit pelepasan anafilaktoxin histamin
          menurun     serotonin
sist.kinin terangsanng

megakariosit meningkat permeabilitas kapiler meningkat


umur trombosit menurun   ekstravasasi cairan intravaskuler
ke ektravaskuler


trombositopeni volume plasma menurun


    pedarahan hipotensi,hemokonsentrasi,hipo
proteinemia,efusi dan renjatan

resiko syok hipovolemi anoksia jaringan ,asidosis metb

4. PEMERIKSAAN LABORAT
o Hemokonsentrasi yaitu terjadi peningkatan nilai hematokrit > 20 %. Meningginya hematokrit sangat berhubungan dengan beratnya renjatan. Hemokonsentrasi selalu mendahului perubahan tekanan  darah dan nadi, oleh kerena itu pemeriksan hematokrit secara berkala dapat menentukan sat yang tepat penghentian pemberian cairan atau darah.
o Trombositopenia, akan terjadi penurunan trombosit sampai dibawah 100.000 mm3 
o sediaan hapusan darah tepi, terdapat fragmentosit, yang  menandakan terjadinya hemolisis
o Sumsum tulang, terdapatnya hipoplasi sistem eritropoetik disertai hiperplasi sistem RE dan terdapatnya makrofag dengan fagositosis dari bermacam jenis sel
o Elektrolit, : hiponatremi (135 mEq/l). terjadi hiponatremi karena adanya kebocoran plasma,anoreksia, keluarnya keringat, muntah dan intake yang kurang
o Hiperkalemi , asidosis metabolic
o Tekanan onkotik koloid menurun, protein plasma menurun, 
o Serum transaminasi meningkat.

5. PENGOBATAN
Pengobatan pada penderita DHF sebenarnya bersifat symptomatic dan supportif
o Pada anak yang hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diberikan antipiretik dan kompres dingin atau alcohol 70%
o Kejang yang mungkin timbul diatasi dengan pemberian anti convulsan : anak > 1 tahun diberikan luminal 75 mg dan anak dibawah 1 th diberikan 50 mg IM. Bila dalam waktu 15 menit kejang tidak berhenti pemberian luminal diulang dengan dosis 3 mg/kg BB/hari atau anak umur > 1 th diberikan 50 mg sedang anak <1 th diberikan 30 mg dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital (pernafasan dan jantung).
o Pemberian Inta Venous Fluid Drip (IVFD). Pada pemberian cairan perlu diperhatikan beberapa hal antara lain:
Sebagai pedomannya : Kebutuhan cairan/hari sesuai BB
BB Hari I Hari II Hari III
<7 Kg 220 ml 165 ml 132 ml
7-11 Kg 165 ml 132 ml 88 ml
11-18 Kg 132 ml 88 ml 88 ml
>18 Kg 88 ml 88 ml 88 ml

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS
DHF dapat terjadi pada siapa saja dari anak-anak sampai orang dewasa dan pada semua jenis kelamin, kebanyakan penyakit ini ditemukan pada anak perempuan daripada anak laki-laki (Rampengan, 1997). Tempat atau daerah yang bisa terjangkit adalah disemua tempat baik dikota ataupun didesa, biasanya nyamuk pembawa vector banyak ditemukan pada daerah yang banyak genangan air atau didaerah yang lembab.

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama : 
Biasanya pasien datang dengan keluhan demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari, terdapat petechie pada seluruh kulit, perdarahan gusi, neyri epigastrium, epistaksis, nyeri pada sendi-sendi.

2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sering menunjukan sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, panas, sakit saat menelan, lemah, nyeri uluhati(epigastrium), mual, muntah, nafsu makan menurun.

3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terinfeksi penyakit DHf bisa terulang terjangkit DHF lagi, tetapi penyakit ini tak ada hubungan dengan penyakit yang perna  diderita dahulu.

4. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit DHF dibawah oleh nyamuk jadi bila terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit ini  dalam satu rumah besar kemungkinan tertular karena penyakit ini ditularkan lewat gigitan nyamuk.

5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat tinggal nyamuk ini adalah lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air, vas bunga yang jarang diganti airnya, kaleng bekas tempat penampungan air, botol dan ban bekas. Tempat –tempat seperti ini biasanya banyak dibuat sarang nyamuk Janis ini. Perlu ditanyakan pula apakah didaerah itu ada riwayat wabah DHF karena inipun juga dapat terulang kapan-kapan.

6. Riwayat Tumbuh Kembang

Teori Kepribadian anak Menurut Teori Psikoseksual Sigmund Freud
Kepribadian ialah hasil perpaduan antara pengaruh lingkungan dan bawaan, kualitas total prilaku individu yang tampak dalam menyesuaikan diri secara unit dengan lingkungannya.

Tiori kepribadian yang dikemukakan oleh ahli psikoanlisa Sigmund freud (1856 - 1939). Meliputi tahap-tahap :
a. Fase oral, usia antara 0 - 11/2 Tahun
b. Fase anal, usia antara 11/2 - 3 Tahun
c. Fase Falik, usia antara 3 - 5 Tahun
d. Fase Laten, usia antara 5 - 12 Tahun
e. Fase Genital, usia antara 12 - 18 Tahun

Tahap perkembangan anak menurut Teori Psikososial Erik Erikson.
Erikson mengemukakan bahwa dalam tahap-tahap perkembangan manusia mengalami 8 fase yang saling terkait dan berkesinambungan.
a. Bayi (oral) usia  0 - 1 Tahun
b. Usia bermain (Anal ) yakni 1 - 3 Tahun
c. Usia prasekolah (Phallic) yakni 3 - 6 Tahun
d. Usia sekolah (latent) yakni 6 - 12 tahun
e. Remaja (Genital) yakni 12 tahun lebih
f. Remaja akhir dan dewasa muda
g. Dewasa
h. Dewasa akhir

TUGAS PERKEMBANAGAN BILA TUGAS PERMKEMBANGAN TIDAK TERCAPAI
Bayi  (0 - 1 tahun)
Rasa percaya mencapai harapan, 
Dapat menghadapi frustrasi dalam jumlah kecil
Mengenal ibu sebagai orang lain dan berbeda dari diri sendiri. Tidak percaya
Usia bermain (1 - 3 Tahun)
Perasaan otonomi.
Mencapai keinginan
Memulai kekuatan baru
Menerima kenyataan dan prinsip kesetiaan Malu dan ragu-ragu
Usia pra sekolah ( 3 - 6 Tahun)
Perasaan inisiatif mencapai tujuan
Menyatakan diri sendiri dan lingkungan
Membedakan jenis kelamin. Rasa bersalah.
Usia sekolah ( 6 - 12 Tahun)
Perasaan berprestasi
Dapat menerima dan melaksanakan tugas dari orang tua dan guru Rasa rendah diri
Remaja ( 12 tahun lebih)
Rasa identitas
Mencapai kesetiaan yang menuju pada pemahaman heteroseksual.
Memilih pekerjaan
Mencapai keutuhan kepribadian Difusi identitas
Remaja akhir dan dewasa muda
Rasa keintiman dan solidaritas
Memperoleh cinta.
Mampu berbuat hubungan dengan lawan jenis.
Belajar menjadi kreatif dan produktif. Isolasi
Dewasa
Perasaan keturunan
Memperoleh perhatian.
Belajar keterampilan efektif dalam berkomunikasi dan merawat anak
Menggantungkan minat aktifitas pada keturunan Absorpsi diri dan stagnasi
Dewasa akhir
Perasaan integritas
Mencapai kebijaksanaan keputusasaan


7. Pemeriksaan Fisik (persistem)
o Sistem pernafasan
Bila gejala telah lanjut klien mengeluh sesak nafas, pernafasan dangkal, cepat, perdarahan melaui hidung.
o Sistem persyarafan
Kondisi lanjut bisa terjadi penurunan kesadaran, gelisah, kejang.
o Sistem kardiovaskuler
Perdarahan pada kulit, hidung, gusi, hematemesis dan atau melena, 
Tachicardia,trombositopeni, leukopenia, hipotensi, syok, mengeluh akral dingin
Hemokonsentrasi ( peningkatan nilai hematokret > 20 % ), pusing.
o Sistem pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan dalam menelan, kembung, nyeri tekan pada epigastrik, nafsu makan menurun, mual muntah, pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen tegang.
o Sistem muskuloskeletal
Nyeri otot / sendi, kelemahan, penurunan aktifitas.
o Sistem urinary
Anuri / disuri, peningkatan Bj plasma
o Sistem integumen
Kulit kering, turgor menurun, panas / kedinginan

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi penyakit.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah, anoreksia, nyeri telan
3. Gangguan rasa nyaman nyeri epigastria berhubungan dengan proses inflamasi
4. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan perpindahan cairan divaskuler
5. Potensial terjadi perdarahan ulang berhubungan dengan trombositopeni.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi    penyakit (viremia).

Tujuan : Suhu tubuh normal (36-370 c)
              Klien bebas demam.

Intervensi :
1. Kaji saat timbulnya demam
R/ Dapat didentifikasi pola/ tingkat  demam 
2. Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3 jam
R/ tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum kien
3. Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh
R/ Penjelasan tentang kondisi yang dialamai k;ein dapat membantu mengurangi kecemasan klien
4. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang hal-hal yang dilakukan 
R/ Untuk mengatasi demam dan menganjurkan klien dan keluarga untuk lebioh kooperatif
5. Jelaskan pentingnya tirah baring bagi klien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan
R/ Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan klien di rumah sakit
6. Anjurkan klien untuk banyak minum kurang lebih 2,5-3 liter/hari dan jelaskan manfaatnya
R/ Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh meningkat sehingga perlu diimabngi dengan asupan cairan yang banyak
7. Berikan kompres dingin (pada axila dan lipat paha) dan anjurkan memakai pakaian yang tipis
R/ Kompres dingin akan dapat membantu menurunkan suhu tubuh, pakaian tipis akan dapat membantu meningkatkan penguapan panas tubuh
8. Berikan terapi (antipiretik) sesuai dengan program dokter 
R/ Antipiretika yang mempunyai reseptor di hypothalamus dapat meregulasi suhu tubuh sehingga suhu tubuh diupayakan mendekati suhu normal. 


2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia dan sakit saat menelan

Tujuan
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan makanan yang telah disediakan

Intervensi
1. kaji faktor – faktor penyebab
R/ penentuan faktor penyebab, akan menentukan intervensi/tindakan selanjutnya
2. jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup
R/ meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga sehingga klien termotivasi untuk mengkonsumsi makanan 
3. anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil dan sering, jika tidak muntah teruskan (15-30 cc setiap ½ -1jam )
R/ menghindari mual muntah dan distensi perut yang berlebihan
4. lakukan perawatan mulut yang baik setelah muntah
R/ baun yang tidak enak pada mulut meningkatkan kemungkinan muntah
5. ukur berat badan setiap hari
R/ berat badan merupakan indicator terpenuhi tidaknya kebutuhan nutrisi
6. catat jumlah porsi yang dihabiskan klien 
R/ mengetahui jumlah asupan / pemenuhan nutisi klien.


3. Resiko terjadi perdarahan ulang berhubungan dengan trombositopeni.

Tujuan : tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut, jumlah trombosit meningkat ( dalam batas normal)

Intervensi :
1. pantau tanda – tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda klinis
R/ penurunan jumlah trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis berupa perdarahan nyata seperti epistaksis, petechie, perdarahan gusi
2. memberikan penjelasan tentang pengaruh trombositopenia pada klien
R/ pengetahuan yang baik dari lkien dan keluarga tentang tanda dan gejala dapat membantu menngantisipasi terjadinya perdarahan karena trombositopeni
3. menganjurkan klien untuk banyak istirahat
R/ aktifitas yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan
4. memberikan penjelasan klien dan kleuarga untu melaporkan bila terjadi perdarahan 
R/ keterlibatan keluarga akan membantu penanganan sedini mungkin 
5. kolaborasi pemberian obat obatan, berikan penjelasan tentang manfaat obat
R/ dengan mengetahui obat yang diminum dan manfatanya , diharapkan klien dan keluarga termotivasi untk meminum obat yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto,Lj. 2001, Diagnosa Keperawatan. Ed 6. EGC. Jakarta.

Effendi, C.1995. Perawatan klien DHF. EGC. Jakarta.

Ngatiyah. 1997.  Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.

Rampengan,TH & laurentz,LR 1997. Penyakit infeksi tropik pada Anak. EGC . Jakarta 

Tim pengajar perawtan Anak. 1999. Diktat Kuliah PSIK Perawatan Anak. 

LAPORAN KASUS
Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Anak
Di Ruang Menular Anak

1. IDENTITAS KLIEN
Nama : An. S
Jenis kelamin : laki-laki
TTL : Surabaya, 5 Januari 1994
Anak ke : I
Nama Ayah : Tn. H
Nama Ibu : Ny. T
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Karang Gayam 9 Surabaya
Tanggal masuk : 29 Mei 2002
Diagnosa : DHF Gr. I
Sumber informasi: Ibu klien

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
1) Keluhan utama
Klien mengatakan badan terasa panas 
2) Riwayat Keperawatan Sekarang
4 hari yang lalu klien mulai terasa badannya panas, badan terasa pegal-pegal, mual muntah, nafsu makan menurun, kemudian oleh ibu klien dibawa ke dokter swasta, bila minum obat paracetamol panas turun dan panas kembali dalam beberapa jam setelah minum obat, lalu dibawah ke dokter yang lain kemudian dianjurkan untuk MRS di RSUD Dr. Soetomo. 
3) Riwayat Keperawatan Dahulu
Sebelumnya Klein tidak pernah MRS atau sakit berat.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit DHF, tidak ada penyakit keturunan, 
5) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Klien tinggal di rumah orang tuanya, ibu klien mengatakan banyak gantungan baju dirumah, genangan air ada di kamar mandi, kamar mandi dibersikan tiap 2 minggu sekali, tidak ada riwayat wabah DHF didaerahnya, 
6) Riwayat Tumbuh Kembang
Pertumbuhan 
Berat badan : 22 kg, TB 123 cm
Perkembangan
Psikososial ; klien kelas 3 SD, termasuk anak yang patuh berseekolah, tidak perna bolos, prestasi klien rangking 4 dikelasnya, kegiatan setelah sekolah adalah bermain bola dengan teman-temannya, hubungan dengan teman sebaya baik. 
Psikoseksual : klien punya banyak teman sebayanya, anak senang bila sekolah selesai, anak merasa senang bila main bola.
7) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : klien lemah, badan terasa panas, 
Tanda-tanda vital : S : 380 c, N: 100 x/mnt, T: 110/60 mmHg, RR: 24 x/mnt
Sistem pernafasan : PCH tak ada, retraksi tak ada, wheezing/ronchi tak ada, batuk tak ada, bentuk dada simetris, nyeri dada tak ada, 
Sistem cardiovascular : bercak merah pada kedua lengan, epitaksis tak ada, hematemesis melena tak ada, bunyi jantung normal,  S1,S2 tak ada. 
Sistem persyarafan : kesadran komposmentis, tak ada kejang
Sistem pencernaan :  mukosa mulut kering, kesulitan menelan tak ada, perut terasa mual,  muntah 1x,  nafsu makan menurun, nyeri tekan tak ada, pembesaran hati tak ada, pembesaran lien tak ada,  kembung tak ada, BAB 1 x/hari, 
Sistem urinary : BAK 4x/hari,  warna urin kuning, lain-lain tak ada masalah.
Sistem muskuloskeletal : gerakan otot bebaas, kontraktur tak ada.
Sistem integumen : akral hangat, ikterik tak ada, turgor kulit menurun, kulit kering.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laborat :
wbc : 2,2 k/ul
lymph : 1,1 48,0 %
Hb : 12,4
Leco : 3,2
Trombo : 154 x 103 
Pcv : 0,33
RBC : 5,57
HGB : 12,5
HCT : 36,2
MCV : 65
MCH : 22,4
MCHC : 34,5

ANALISA DATA

NO DATA PENYEBAB MASALAH
1









2







DS : Klien mengatakan badannya terasa panas,
DO : - akral hangat, suhu tubuh 380 c
- lecosit : 3,2
- lymfosit : 1,1   48,0 %
- T : 110/60 mmHg
- N : 100 x/mnt
- Pernafasan : 24 x/mnt
-

DS : Klien mengatakan kurang nafsu makan, perut terasa mual, muntah sekali, 
DO : - klien makan 2 sdm
- BB 22 kg
- Minum susu ½ gelas
- Bising usus menurun 
DS :
DO :-Turgor kulit menurun
- Mukosa mulut kering
- Terpasang infus D 5 ½ salin
- Kulit kering
- Perdarahan bawah kulit pada kedua lengan
- Trombosit 154 x 103- Arbo virus

Masuk tubuh

Replikasi virus dalam limfosit

demam


mual muntah







Permebilitas vascular meningkat

Ekstravasasi cairan intra vaskuler

Kurang cairan diekstra vaskuler Peningkatan suhu tubuh








Gannguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan



Resiko kurang cairan

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)  Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
2) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah dan anoreksia.
3) Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan perpindahan cairan diekstra vaskuler

5. INTERVENSI
Diagnosa 1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi    penyakit (viremia)
Tujuan : Suhu tubuh normal (36-370 c)
              Klien bebas demam
Intervensi :
1) Kaji saat timbulnya demam
R/ Dapat didentifikasi pola/ tingkat  demam 
2) Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3 jam
R/ tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum kien
3) Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh
R/ Penjelasan tentang kondisi yang dialamai k;ein dapat membantu mengurangi kecemasan klien
4) Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang hal-hal yang dilakukan 
R/ Untuk mengatasi demam dan menganjurkan klien dan keluarga untuk lebioh kooperatif
5) Jelaskan pentingnya tirah baring bagi klien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan
R/Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan klien di rumah sakit
6) Anjurkan klien untuk banyak minum kurang lebih 2,5-3 liter/hari dan jelaskan manfaatnya
R/ Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh meningkat sehingga perlu diimabngi dengan asupan cairan yang banyak
7) Berikan kompres dingin (pada axila dan lipat paha) dan anjurkan memakai pakaian yang tipis
R/ Kompres dingin akan dapat membantu menurunkan suhu tubuh, pakaian tipis akan dapat membantu meningkatkan penguapan panas tubuh
8) Berikan terapi (antipiretik) sesuai dengan program dokter 
R/ Antipiretika yang mempunyai reseptor di hypothalamus dapat meregulasi suhu tubuh sehingga suhu tubuh diupayakan mendekati suhu normal. 

Diagnosa 2
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia dan sakit saat menelan

Tujuan  : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi,
KH : klien mampu menghabiskan makanan yang telah disediakan
 Nafsu makan meningkat
 Tak ada Mual dan muntah
Intervensi
1. kaji faktor – faktor penyebab
R/ penentuan faktor penyebab, akan menentukan intervensi/tindakan selanjutnya
2. jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup
R/ meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga sehingga klien termotivasi untuk mengkonsumsi makanan 
3. anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil dan sering, jika tidak muntah teruskan (15-30 cc setiap ½ -1jam )
R/ menghindari mual muntah dan distensi perut yang berlebihan

4. lakukan perawatan mulut yang baik setelah muntah
R/ baun yang tidak enak pada mulut meningkatkan kemungkinan muntah
5. ukur berat badan setiap hari
R/ berat badan merupakan indicator terpenuhi tidaknya kebutuhan nutrisi
6. catat jumlah porsi yang dihabiskan klien 
R/ mengetahui jumlah asupan / pemenuhan nutisi klien


Diagnosa 3 : resiko kekurangan cairan berhubungan dengan perpindahan cairan ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan
KH       : - mukosa mulut basah / lembab
- turgor kulit baik
- petechie hilang
- trombosit dalam batas normal

INTERVENSI
1.  pantau tanda-tanda kekurangan cairan
R/ turgor kulit menurun, mukosa mulut kering merupakan tanda kekurangan cairan
2. anjurkan klien untuk banyak minum
R/ asupan cairan yang cukup dapat mengurangi kehilangan cairan dalam tubuh
3. jelaskan pada ibu tanda-tanda kekurangan cairan
R/ meningkatkan partisipasi ibu dalam perawatan anak
4. kolaborasi pemberian cairan D 5 ½ salin
R/ mengganti cairan yang keluar dari intra sel, Dextran dengan besar molekul yang sesuai tidak dapat melewati poro kapiler dan dapat mengganti protein plasma sebagai bahan osmotic koloid
5. pantau tetesan cairan
R/ kelancaran cairan infus sangat mempengaruhi pemenuhan cairan yang adekuat

TINDAKAN KEPERAWATAN
NO Tgl, jam Implementasi Evaluasi 
1




















2














3 29.05.02
08.30- 10.00















11.34
12 45

07.45




8.30


08.00
08.40






08.00

  09.30


  12.00 mengkaji saat timbulnya demam
melakukan observasi suhu :380 c, nadi 100x/mnt, tensi 110/60 mmHg. RR 24x/mnt
menjelaskan pada ibu penyebab timbulnya panas tubuh, panas tubuh disebabkan oleh masuknya virus dalam tubuh sehingga tubuh melakukan perlawanan terhadap virus tersebut dengan pengaktifan sistem komlemen sehingga sebagai kompensasi adalah timbulnya demam tubuh
menjelaskan pentingya tirah baring adalah untuk menghindari berkembangnya invasi virus yang lebih luas
anjurkan klien untuk banyak minum 2,5 – 3 lt/hari
melakukan kompres dingin pada klien
kolaborasi pemberian paracetamol dan anti biotic
melakukan observasi : S ; 37.4, Nadi 96x/mnt
memberikan cairan perinfus D5 ½ salin

mengkaji faktor penyebab mual muntah
mejelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh yaitu untuk mengganti sel yang rusak, memenuhi kebutuhan asupan makanan, mempertahan kan kondisi tubuh
menganjurkan klien makan porsi kecil tapi sering, jika tidak ada mual muntah teruskan makan
menimbang berat badan setiap hari
memantau porsi yang dihabiskan klien





memantau tanda kekurangan cairan
memantau tetesan infus
menjelaskan pada ibu tanda kekurangan cairan : torgor kulit jelek, bibir/ mulut kering,
memberikan cairan D 5 ½ salin
menganjurkan klien untuk banyak minum 2-3 ltr / hari
memberikan susu 200 cc
31.05.2002
S: klien mengatakan panas badan mulai turun
O: Suhu 37,40 c
   Kompres dingin masih terpasang
A; masalah teratasi sebagian
I: intervensi 2,5.6,7











S : klien mengatakan nafsu makan masih kurang, kadang masih terasa mual.
O : klien makan 5 sdm
     Porsi tidak dihabiskan
 A; Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi no 3,5,6  
   
31.05.2002

S: -
O: Turgor mulai   membaik, kulit tidak kering, mukosa mulut basah

A: masalah tidak terjadi
P: pertahankan intervensi 1,4,5

1 30.05.02
08.00
1






2








3 01.06.02
S: klien mengatakan panas badan mulai turun
O: Suhu 36,40 c
   Kompres dingin masih terpasang
A; masalah teratasi 
I: pertahankan5.6,7,8,9


S : klien mengatakan nafsu makan masih membaik, tidak  terasa mual.
O : klien makan 8-10 sdm
     Porsi  dihabiskan
 A; Masalah teratasi 
P: Lanjutkan intervensi no 3,5,6  
   


S: -
O: Turgor mulai   membaik, kulit tidak kering, mukosa mulut basah
A: masalah tidak terjadi
P: pertahankan intervensi 1,4,5

CATATAN PERKEMBANGAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Photobucket